PERHATIKAN MAKANANMU!
oleh: dr Arbangi Kadarusman
Mengapa seseorang yang menderita maag atau penyakit lambung atau ada kelainan usus, umumnya mengalami gejala cemas (ansietas)?
Sejak lama, para ahli kedokteran telah meneliti bagaimana hubungan antara otak dan usus. Bahkan hubungan diet dengan emosi yang timbul dari makan-makanan tertentu.
Hubungan antara diet dan emosi berasal dari hubungan erat antara otak Anda dan saluran pencernaan Anda, yang sering disebut “otak kedua.”
Begini cara kerjanya:
Saluran pencernaan Anda adalah rumah bagi miliaran bakteri dalam usus (mikrobiom) yang memengaruhi produksi neurotransmitter, zat kimia yang terus-menerus membawa pesan dari usus ke otak. Dopamin dan serotonin adalah dua contohnya.
Makan makanan sehat mendorong pertumbuhan bakteri “baik”, yang pada gilirannya secara positif mempengaruhi produksi neurotransmitter berjalan optimal. Sebaliknya, diet yang tidak sehat, terlalu banyak gula dan pengawet, di sisi lain, dapat menyebabkan peradangan yang menghambat produksi neurotransmiter ini. Ketika produksi neurotransmitter dalam kondisi yang baik, otak Anda menerima pesan-pesan positif ini dengan keras dan jelas, dan emosi Anda stabil (tenang). Tetapi ketika produksi zat ini terganggu, maka akan terganggu juga emosi dan bathin Anda.
Gula, khususnya, dianggap sebagai penyebab utama peradangan, ditambah lagi ia memberi makan bakteri “jahat” di saluran pencernaan.
Saluran pencernaan sensitif terhadap emosi. Kemarahan, kecemasan, kesedihan, kegembiraan — semua perasaan ini (dan lainnya) dapat memicu gejala di usus.
Otak memiliki efek langsung pada lambung dan usus. Misalnya, membayangkan makanan yang lezat saja sudah bisa mempengaruhi cairan lambung sebelum makanan sampai di sana. Koneksi ini berjalan dua arah. Usus yang bermasalah dapat mengirim sinyal ke otak, sama seperti otak yang bermasalah dapat mengirim sinyal yang buruk ke usus.
Oleh karena itu, gangguan lambung atau usus seseorang dapat menjadi penyebab atau akibat dari kecemasan, stres, atau depresi.
Hal yang sebaliknya bisa terjadi, orang yang didera kecemasan, ketakutan, pasti memiliki gejala yang tidak mengenakan di perut. Itu karena otak dan usus berhubungan erat.
Hal ini terutama berlaku dalam kasus di mana seseorang mengalami gangguan pencernaan tanpa penyebab fisik yang jelas.
Untuk gangguan saluran cerna fungsional seperti itu, sulit untuk mencoba menyembuhkan usus yang tertekan tanpa mempertimbangkan peran stres dan emosi.
Walhasil, apa yang masuk ke perut (buthun) cepat atau lambat akan mempengaruhi otak dan fikiran (bathin). Itulah kenapa Allah berfirman, “dan hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya” (QS ‘Abasa:24).
You are what you eat
Suatu ketika ada orang bertanya pada Imam Muhammad al Baqir r.a ihwal makna ayat Tuhan di atas.
“Apa maksudnya, Allah meminta kita memperhatikan makanan kita?”
Keturunan Nabi saw generasi ke-3 itu menjawab, “ada dua makanan, makanan lahir itu yang masuk ke perutmu, dan makanan bathin, yang masuk ke akal fikiranmu. perhatikan baik-baik, apa yang masuk ke perutmu, dan pastikan hanya yang baik yang memenuhi akal dan fikiranmu”.
Anda yang sedang berpuasa, sedang melakukan latihan untuk menjalani dua cara makan itu: hanya memberi makan perut dengan “yang baik ketika” waktunya tiba, dan membiasakan memberi makanan akal pikiran dengan yang baik-baik saja (zikir, muhasabah, tadarus, dll)!